Sana Sini News - Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Condoleezza Rice mengatakan, sikap Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin yang hendak mengikuti pemilu kepresidenan Rusia sama saja dengan menghina demokrasi.
"Pertama-tama, tindakan itu sedikit menghina proses pemilihan umum," ujar Rice, seperti dikutip Reuters, Kamis (17/11/2011).
Putin yang sudah menjabat sebagai Presiden Rusia sejak tahun 2000 hingga 2008 berencana akan mengikuti pemilihan kepresidenan Rusia dan bertukar posisi dengan Presiden Dmitry Medvedev.
Rice menegaskan, bila Putin terpilih lagi menjadi Presiden Rusia pada Maret 2012, akan ada perubahan di Rusia. Rusia akan makin melakukan sentralisasi kekuasaan dan tak akan membiarkan adanya perbedaan pendapat dalam pemerintahan.
"Akan ada resiko dan saya rasa salah satu resikonya adalah pergolakan politik di dalam Rusia," ujar Rice.
Mantan Menteri Luar Negeri AS ini juga menegaskan, bila Putin menang maksimum selama dua periode, maka dirinya bisa menjadi Presiden Rusia hingga 2024. Satu periode kepemimpinan presiden di Rusia, diketahui memiliki masa jabatan enam tahun.
Putin pun saat ini tampil sebagai seorang pemimpin tertinggi di Rusia, meski jabatannya adalah Perdana Menteri. Putin menganggap dirinya seperti mantan Presiden AS Franklin Delano Roosevelt yang terpilih sebagai Presiden AS selama empat kali.
Belakangan ini, dukungan masyarakat Rusia terhadap pria berusia 59 tahun ini tampak menurun, momen itu akhirnya dimanfaatkan oleh para oposisi Putin yang berasal dari Partai Komunis Rusia dan Partai Liberal Demokrat. Meski demikian mayoritas rakyat dikabarkan masih menganggap Putin sebagai sosok kuat yang sanggup memimpin Rusia.
0 komentar
Posting Komentar