Sana Sini News - KEKE sontak terkejut saat periksa ke dokter kandungan, janinnya divonis mengalami gangguan pertumbuhan, dalam istilah medis disebut IUGR (Intra Uterine Growth Restriction). Kekhawatiran dan berbagai pertanyaan muncul dalam benak Keke, apakah janinnya akan selamat? Jika selamat, akankah ia tumbuh normal?
Gangguan pertumbuhan janin terbagi dua, yaitu makrosomia (bayi lahir besar, > 4 kg) dan IUGR. IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) bisa juga disebut dengan istilah small for gestational age (SGA) atau Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT).
“Istilah ini menggambarkan kondisi janin lebih kecil dari yang diharapkan sesuai dengan usia kehamilan, yaitu bayi yang berat badan lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari persentil ke-10 untuk masa kehamilan pada Denver Intrauterine Growth Curves,” jelas dr. M.S. Nadir Chan, SpOG (K).
Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 persen dari keseluruhan (baik ukuran atau berat) dalam usia kehamilan yang sama, dibandingkan dengan janin normal. Janin dengan PJT dapat terjadi pada janin dengan usia kehamilan prematur, aterm (cukup bulan) maupun post matur (lebih bulan).
Penyebab: Multifaktor
- Faktor risiko ibu
Ibu yang merokok, menggunakan obat tertentu (kortikosteroid, heroin, dll), peminum alkohol, anemia, malnutrisi berat (berat badan < 50 kg), tekanan darah tinggi dan diabetes (baik sebelum atau saat hamil), penyakit ginjal kronis dan sakit jantung.
- Faktor risiko janin
Janin kembar, infeksi (Rubela dan cytomegalovirus/CMV) adalah infeksi tersering yang menyebabkan PJT), kelainan bawaan, kelainan kromosom (misalnya trisomi 18 atau 21, sindroma Turner).
- Faktor risiko rahim dan plasenta
Penurunan aliran darah di rahim dan plasenta, infeksi di jaringan ikat sekitar rahim, gangguan pada plasenta (misalnya plasenta abruption, plasenta previa, infark plasenta, chorioangioma) dan twin to twin transfusion syndrome (terjadi pada kehamilan kembar, dimana terjadi ketidakseimbangan suplai nutrisi, sehingga satu janin mendapat nutrisi yang lebih dibandingkan yang satu).
Bisa Dideteksi Sejak Awal
“Adanya kelainan PJT bisa diketahui sejak awal yaitu dengan menggunakan USG. Namun pemeriksaan dengan membandingkan tinggi fundus ((bagian puncak atau atas rahim) dengan usia kehamilan juga bisa digunakan, walau untuk lebih pastinya menggunakan USG atau dengan Doppler Velocimetry untuk mengetahui aliran darah plasenta,” jelas dokter yang berpraktik di Klinik SamMarie Wijaya ini.
Pemeriksaan tambahan mungkin dilakukan bila ingin diketahui faktor penyebab pastinya, misalnya pemeriksaan darah, sehingga tindakan tepat bisa diambil.
Bahaya PJT
Berikut bahaya yang mengintai di balik PJT, baik untuk janin maupun ibu:
1. Janin
- Saat hamil: kekurangan oksigen dan nutrisi, gagal napas saat lahir hingga kematian janin.
- Saat persalinan: hipoksia (kekurangan oksigen)
- Setelah lahir :
a. Langsung: Asfiksia (sulit bernapas), hipoglikemi (rendahnya kadar gula dalam darah), aspirasi mekonium (terhirupnya BAB janin), hipotermi, perdarahan pada paru, sindrom gangguan gastrointestinal.
b. Tidak langsung : prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.
2. Ibu
- Preeklamsi, malnutrisi dan penyakit jantung.
Penanganan Harus Cepat
- Jika diketahui PJT saat mendekati hari persalinan, maka tindakan terbaik adalah segera dilahirkan. “Kondisi di luar lebih baik daripada saat dalam kandungan, jika dibiarkan janin bisa mengalami kekurangan oksigen dan tentu sangat berbahaya,” jelas Dokter kelahiran Bukittinggi ini.
- Jika masih jauh dari taksiran persalinan, hanya terapi suportif yang bisa dilakukan. Bila penyebabnya nutrisi BuMil yang kurang maka perbaiki nutrisinya, bila perokok dan akhohol maka harus dihentikan dan lainnya.
0 komentar
Posting Komentar