Sana Sini News - Seorang ahli Timur Tengah dari China, Sun Lixin mengatakan, tidak mudah bagi Amerika Serikat (AS) untuk menyerang Iran, meski AS berhasil mengalahkan Moammar Khadafi di Libya.
Setelah Badan Atom Internasional (IAEA) mengeluarkan laporan tentang program nuklir Iran, AS tampak gencar dalam memberikan sanksi baru terhadap Iran. Israel bahkan mengkampanyekan serangan ke Iran.
"Tujuan utama AS adalah menghentikan Iran, namun AS takkan sanggup menumbangkan Pemerintah Iran. AS tentunya ingin menjatuhkan rezim Iran karena AS memiliki dendam. Revolusi Islam 1979 di Iran merupakan suatu peristiwa yang menjadikan AS dan Iran menjadi musuh. Saat itu, 52 dua diplomat AS di sandera selama 444 hari oleh demonstran Iran," demikian ujar Sun, seperti dikutip People Daily, Jumat (18/11/2011).
"Saya yakin, akan sulit bagi Barat untuk menggunakan kekuatan militer terhadap Iran terutama pada saat ini. Pemilihan umum AS akan dimulai tak lama lagi pada 2012 mendatang. Bila AS menyerang Iran, proses pemilihan umum akan hancur akan ada permasalahan ekonomi yang mengganggu Presiden Barack Obama," tambahnya.
Menurut Sun, situasi di Timur Tengah cukup berubah pasca kejatuhan mantan Presiden Mesir Husni Mubarak. Mubarak merupakan seorang yang pro-AS, kejatuhan Mubarak disambut meriah oleh Iran, dan pada saat itu pula Iran merasa lebih bebas di Timur Tengah setelah Mubarak jatuh.
Belakangan ini, Iran juga tampak mengerahkan kapal perangnya di Terusan Suez, hal ini merupaka yang pertama kalinya dilakukan Iran sejak 32 tahun silam. Iran juga tampak berani menjalankan riset nuklir tingkat tinggi.
Iran juga tampak menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi AS dan Israel. Negeri Persia ini bahkan menantang balik rencana serangan tersebut
0 komentar
Posting Komentar